JANGAN ANGGAP PERCUMA
Telapak tangan halusmu mulai mengkerut
Keringat makin tak karuan merayap di segala penjuru kulitmu
Mata tajammu pun mulai sayu
Merangkap dengan alismu yang semakin hari semakin miring
Jarak pandangmu tambah jauh saja
Kau sipit-sipitkan pelupukmu semata menerawang harapan
Dengan kau tunjukan gigimu
Tangan kanan menggenggam erat dadamu
Rasakan getirnya dunia
Cicipi hingga kau hendak muntah
Namun, tak lah kau mencacinya
Hanya dengan semacam itu tak kan mengubah apapun
Sebab, penantian si-esok pun masih abu-abu
Tak berhak menentukan tiap hari kau masih tetap bernafas
Untuk semua itu
Hanya satu hakmu
Jangan anggap percuma apapun jua tiap darah yang menetes
Jangan anggap percuma!
(Untuk siapa saja yang sedang memperjuangkan sesuatu.)
Keringat makin tak karuan merayap di segala penjuru kulitmu
Mata tajammu pun mulai sayu
Merangkap dengan alismu yang semakin hari semakin miring
Jarak pandangmu tambah jauh saja
Kau sipit-sipitkan pelupukmu semata menerawang harapan
Dengan kau tunjukan gigimu
Tangan kanan menggenggam erat dadamu
Rasakan getirnya dunia
Cicipi hingga kau hendak muntah
Namun, tak lah kau mencacinya
Hanya dengan semacam itu tak kan mengubah apapun
Sebab, penantian si-esok pun masih abu-abu
Tak berhak menentukan tiap hari kau masih tetap bernafas
Untuk semua itu
Hanya satu hakmu
Jangan anggap percuma apapun jua tiap darah yang menetes
Jangan anggap percuma!
(Untuk siapa saja yang sedang memperjuangkan sesuatu.)
Kairo, 15 April 2017
Komentar